ADAPTASI PEMBELAJARAN
SENI BUDAYA BERBASIS KOLABORATIF MASYARAKAT PADA MASA DARURAT COVID 19
Ceceng Kosasih
SMPN Satu Atap 2 Cikatomas
Ce2ng79@gmail.com
ABSTRACT
This article is the result of a study of
the learning system developed during the emergency of the COVID-19 pandemic.
The concept of collaborative learning with the community is an alternative and
is allegedly able to complement the deficiencies in the distance learning
process carried out with online, offline or semi-network systems. , with various
obstacles it faces.
Keywords: Learning, collaborative, community
ABSTRAK
Artikel ini merupakan hasil kajian
dari sistem pembelajaran yang dikembangkan pada masa darurat pandemi covid 19. konsep
pembelajaran berbasis kolaboratif dengan masyarakat merupakan alternative dan
disinyalir dapat melengkapi kekurangan-kekurangan pada proses pembelajaran jarak jauh yang dilakukan dengan
sistem dalam jaringan, luar jaringan ataupun semi dalam jaringan, dengan
berbagai Kendala yang dihadapinya.
Kata kunci: Pembelajaran, kolaboratif, masyarakat
A.
Pendahuluan
Sifat pendidikan seni yang
multilingual, multidimensi dan multikultural menjadikan peran pendidikan seni
menjadi penting dalam upaya pembentukan karakter siswa. (Narawati,
2003) Permasalahan pendidikan seni dan Pembelajarannya
menjadi tantangan tersendiri bagi para insan pendidikan khususnya guru sebagai
garda terdepan pendidikan. Guru dituntut dapat merancang dan melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan konteks sosial masyarakat dimana para siswanya
hidup dan berkembang.
Permasalahan pendidikan seni
bertambah berat dengan kehadiran wabah penyakit. Seperti kita ketahui bersama, wabah
penyakit yang disebabkan oleh virus yang namanya korona atau lebih dikenal
dengan nama covid 19 (coronavirus deaseas) yang berasal dari wuhan cina. pandemi
covid 19 meluluh lantahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dampak
dari wabah ini tidak hanya menyerang kesehatan fisik semata, namun berdampak
luas pada berbagai bidang kehidupan masyarakat, seperti sosial ekonomi,
pendidikan dan kebudayaan. Perubahan tatanan kehidupan sosial diberlakukan guna
mencegah dan memutus rantai penularan virus ini dengan pemberlakuan aturan
protocol kesehatan yang diterapkan pemerintah.
Perubahan tatanan dalam dunia pendidikan
seperti tercantum dalam surat edaran kemendikbud dapat dilakukan dengan sistem pembelajaran
jarak jauh dalam jaringan, luar jaringan ataupun semi daring tergantung kesiapan
dan kondisi sekolah dan orang tua masing-masing. Kalaupun pembelajaran
dilakukan dengan sistem luar jaringan/tatap muka, semuanya diatur dengan
syarat-syarat yang ketat supaya tidak menimbulkan penyebaran penyakit yang
mematikan ini. Dengan perubahan cara belajar di atas, maka para guru dituntut
kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran.
Terkait dengan permasalahan ini, konteks
tulisan ini difokuskan pada penyelesaian permasalahan di sekolah dalam usaha
memacu kemampuan guru menyajikan pelajaran seni budaya secara komprehensif
ditengah terjangan badai pandemic covid 19 dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya yang ada pada masyarakat di sekitar sekolah.
B.
Pembahasan
Pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari tiga pilar utama pendidikan,
yaitu orang tua, masyarakat, dan Negara (sekolah), Terlebih dalam masa darurat
covid 19 seperti sekarang ini, dimana pembelajaran dibatasi dengan pembelajaran
jarak jauh guna mencegah dan memutus rantai penyebaran penyakit, maka peran
orang tua dan masyarakat menjadi lebih dominan jika dibandingkan dengan
pembelajaran pada saat normal.
Pernyataan tersebut memposisikan pendidikan di dalam konteks sosial
masyarakat, dan hal ini merupakan penerapan konsep pendidikan yang benar.
pendidikan Pendidikan yang benar adalah
pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang berdasar pada
masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan akan menjadi
terasing dari konteks tujuannya apabila
partisipasi masyarakat diabaikan, karena
pendidikan tidak mampu menjawab
kebutuhan dan kebudayaan yang nyata. (Hasim,
2010)
Dalam masa darurat covid 19 ini, perlu dilakukan kolaborasi dan
koordinasi dengan berbagai unsur yang dapat membantu supaya pembelajaran dapat
berlangsung tanpa menimbulkan ekses kesehatan dan keselamatan bagi pendidik dan
peserta didik. Prinsip keselamatan dan kesehatan peserta didik, pendidik,
kepala sekolah dan seluruh warga satuan pendidikan menjadi hal yang utama yang
harus dipertimbangkan.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka Pendidikan
yang benar adalah
pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang
berdasar
pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebenarnya. Pendidi-
kan akan menjadi terasing dari konteks
tujuannya apabila partisipasi ma-
syarakat diabaikan, karena pendidikan
tidak mampu menjawab
kebutuhan
dan kebudayaan yang nyata
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka Pendidikan
yang benar adalah
pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang
berdasar
pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebenarnya. Pendidi-
kan akan menjadi terasing dari konteks
tujuannya apabila partisipasi ma-
syarakat diabaikan, karena pendidikan
tidak mampu menjawab
kebutuhan
dan kebudayaan yang nyata
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka Pendidikan
yang benar adalah
pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang
berdasar
pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebenarnya. Pendidi-
kan akan menjadi terasing dari konteks
tujuannya apabila partisipasi ma-
syarakat diabaikan, karena pendidikan
tidak mampu menjawab
kebutuhan
dan kebudayaan yang nyata
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka Pendidikan
yang benar adalah
pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang
berdasar
pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebenarnya. Pendidi-
kan akan menjadi terasing dari konteks
tujuannya apabila partisipasi ma-
syarakat diabaikan, karena pendidikan
tidak mampu menjawab
kebutuhan
dan kebudayaan yang nyata
Sejalan dengan pemikiran
diatas, maka Pendidikan
yang benar adalah
pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang
berdasar
pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebenarnya. Pendidi-
kan akan menjadi
terasing dari konteks
tujuannya apabila partisipasi
ma-
syarakat diabaikan, karena
pendidikan tidak mampu
menjawab kebutuhan
dan kebudayaan yang nyata
Pembelajaran berbasis kolaborasi dengan masyarakat (Community Based
Learning) menjadi alternatif yang dapat dilakukan dalam pembelajaran seni di
tengah masa pandemik seperti sekarang ini, kekhasan pembelajaran seni budaya
yang membuat pelajaran seni budaya tidak dapat tergantikan hanya dengan sistem
pembelajaran jarak jauh dalam jaringan. Keterbatasan pembelajaran dalam
jaringan dilengkapi dengan pembelajaran kolaborasi dengan masyarakat atau
kelompok seni yang ada di daerah sekitar tempat tinggal peserta didik.
Melalui konsep ini peserta didik dan guru merupakan unsur pembelajaran
yang dapat menciptakan pembelajaran berbasis masyarakat. Para tokoh seni dan
masyarakat, komite/pengurus sekolah, orang tua, dan masyarakat merupakan bagian
integral dari upaya pengembangan, perencanaan, implementasi, dan penilaian
pembelajaran berbasis masyarakat. Kerja sama ini di samping dapat menciptakan
keyakinan dan kebersamaan juga dapat menciptakan usaha kolaboratif untuk
mengatasi dan menyelesaikan berbagai persoalan. (Poerwati
et al., 2018)
Pembelajaran berbasis kolaborasi masyarakat (Community Based Learning) merupakan
pembelajaran yang dirancang, dilaksanakan, dinilai, dan dikembangkan oleh
sekolah dan masyarakat yang mengarah pada usaha untuk menjawab tantangan dan
peluang yang ada di lingkungan masyarakat dengan berorientasi pada masa depan (Poerwati
et al., 2018).
Desain model pembelajaran seni budaya berbasis kolaborasi masyarakat diawali
dengan kajian teori belajar sebagai teori pendukung model, kondisi faktual pembelajaran
seni budaya, dan kondisi siswa saat ini. Berdasarkan hasil kajian tersebut,
diperoleh desain awal komponen model, berupa sintax pembelajaran sebagai
berikut:
tahap II : Tahapan ini guru merepresentasi pembelajaran yang
dapat dilakukan bersama melalui kelompok seni yang ada di masyarakat.
Tahap III : Pada tahap ini guru membagi siswa kedalam
kelompok- kelompok sesuai dengan tempat
tinggal
Tahap IV : Tahap ini diisi dengan Proses pembelajaran dan pengembangannya
di rumah masyarakat tempat kelompok seni berkembang
Tahap V : Tahapan ini siswa menginternalisasi konten seni
budaya yang didapatkan selama proses pembelajaran disertai pengembangannya.
Tahap VI : Evaluasi hasil pembelajaran seni budaya di kelompok-kelompok seni yang ada di
masyarakat.
Tahap
VII: Refleksi hasil pembelajaran disertai penghargaan.
Dalam rangka memaksimalkan penerapan model pembelajaran, guru harus
membuat rancangan pembelajaran berupa Skenario pembelajaran, Lembar kerja siswa
dan tugas-tugas individu/kelompok beserta rubrik penilaian dan materi pendukung
lainnya, yang kemudian didiskusikan dan disosialisasikan dengan masyarakat atau
kelompok seni yang dijadikan tempat proses pembelajaran.
C.
Simpulan
Bagaimanapun tantangan dan tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran
pada masa darurat covid 19, Proses pembelajaran harus tetap berlangsung demi
masa depan anak-anak generasi penerus. Pembelajaran jarak jauh bias dilakukan
di dalam jaringan dan di luar jaringan. Pembelajaran berbasis kolaborasi masyarakat
menjadi alternatif dalam melaksanakan pembelajaran seni budaya yang dapat
dilakukan untuk melengkapi kekurangan proses pembelajaran jarak jauh dalam
jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasim,
M. (2010). Pembelajaran Berbasis Masyarakat di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
Salatiga. Analisa, 17(2), 263.
https://doi.org/10.18784/analisa.v17i2.42
Narawati,
J. M. & T. (2003). Seni dan Pendidikan Seni (P. D. R. M. Soedarsono
(ed.)). Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST)
UPI.
Poerwati,
C. E., Pura, U. D., & Pura, U. D. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
Masyarakat Belajar Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Pg-Paud. 2, 76–83. file:///C:/Users/user/Downloads/607-2173-1-PB.pdf